Pada akhirnya kita akan sendiri.
Ketika kita meninggal pun, kita tidak bisa meminta keluarga, sahabat, teman atau orang lain untuk menemani kita di dalam kubur.
Kita hanya akan pergi sendirian bersama amal ibadah kita kepada Allah SWT.
Sama.
Ketika kita masih ada di dunia, hidup dengan orang-orang di sekeliling yang memiliki perbedaan karakter atau sifat dan latar belakang pendidikan, budaya, dan semacamnya. Suatu saat kita akan memiliki orang-orang yang cocok dengan prinsip hidup kita. Setelah menemukan, kemudian menjalani kehidupan bersama mereka. Namun, hidup tidak selamanya seindah dan sesempurna mungkin. Kita cuma manusia biasa yang bukan berhati malaikat yang semuanya akan berjalan baik-baik saja. Adakalanya harus ada perselisihan yang muncul di antara perjalanan kehidupan ini bersama mereka. Entah karena masalah kecil atau masalah besar sekalipun yang hingga akhirnya dapat mengubah pola pikir kita terhadap situasi tersebut. Yang pada akhirnya, entah akan berakhir baik-baik saja atau kemungkinan terburuk, akan berakhir tidak baik-baik saja dan semua berubah dalam sekejap. Masa lalu yang pernah kita lewati mungkin masih ada, namun kenangannya hanya akan disimpan sedikit atau bisa saja terbuang dengan percuma.
Tidak salah dengan kondisi demikian karena kita juga memiliki hak untuk membahagiakan diri dan memiliki pilihan hidup yang prioritas. Namun, perlu diingat, kita sebagai manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang tidak bisa hidup tanpa orang lain. Kita tidak tahu ke depannya akan seperti apa. Kondisi yang kita tempati sekarang akan berkaitan satu sama lain dan pada suatu saat nanti akan ada kondisi atau situasi yang kita tidak inginkan malah terjadi. Ketika kita bertemu seperti demikian, saya akan menempatkan posisi bahwa saya fine dengan semua. Berada di tengah orang-orang yang tidak membuat kita nyamanpun harus dilawan dengan meninggalkan semua ego yang ada agar semuanya baik. Jikalau pun memang tidak bisa berada dalam situasi seperti itu, ya kadang orang memilih untuk tidak bergabung namun dengan cara yang baik. Dan dengan kondisi sekarang, saya memilih lebih baik diam karena ketika saya berbicara dan jika balasan dari apa yang katakan terasa menyakitkan akan lebih memperparah keadaan yang harusnya tidak perlu. Menghindari kemungkinan terburuk lebih baik daripada ‘bermain di sekitar api’. Kita semua sudah dewasa, sudah dapat memilah mana yang baik dan mana yang buruk. Semua memang butuh intropeksi diri tentang yang telah terjadi.
Kita hidup bukan berarti tanpa masalah, tekanan, dan cobaan. Kita hidup dengan keadaan yang seperti demikian tanpa semua orang harus tahu apa yang terjadi dengan kehidupan yang kita jalani sendiri. Namun, kita berusaha menyeimbangkan dengan lebih merileksasikan diri untuk menghadapinya dengan bijak. Pernah dengar kan, mengambil keputusan pada saat emosi marah/sedih itu tidak bagus? Ya, benar. Dan emosi yang stabil sangat sekali diperlukan. And I want to do it. Saya tidak mau menyesali keputusan yang saya buat pada saat saya belum stabil. Jadi pilihannya adalah, I’m silent dan mencoba memahami tentang kondisi yang terjadi sekarang.
Banyak hal yang ingin saya utarakan di sini. Saya menulis bukan untuk menyinggung siapa dan siapa. Namun, saya menulis hanya untuk menyelamatkan apa yang saya pikirkan demi pembelajaran di masa depan untuk anak cucu nanti bahwa rupanya ketika kita hidup bersosialisasi dengan orang sedekat apapun itu, kita akan sendiri. Entah pada saat perjalanan hidup kita akan dikhianati, dijauhi karena kesalahan diri sendiri atau orang lain, atau pada akhirnya kita akan meninggal dengan sendirian.
Melalui tulisan ini, saya meminta maaf sebesar-besarnya kepada orang-orang yang telah membantu kehidupan saya selama saya hidup sampai sekarang. Kebaikan-kebaikan itu tidak pernah saya lupakan. Sedikit pun karena saya tidak bisa terlepas dari itu. Saya sekarang seperti ini pun karena masa lalu yang membuat saya belajar.
Terima kasih kepada orang-orang yang telah memberi saya kepercayaan untuk tetap berada di sisi kalian dan merasa nyaman dengan keberadaan saya. Terima kasih. Walaupun mungkin kita tidak akan tahu ke depannya akan seperti apa tapi saya percaya akan ada pertemuan dan perpisahan. Entah dipisahkan oleh kehidupan atau kematian.
Semoga kondisi perasaan saya terselamatkan dengan tulisan ini karena dengan menulis pula kesehatan jiwa saya agak sedikit terlegakan.
Terima kasih dan minta maaf.